Kamis, 15 Januari 2015

TAWAKKAL sebagai salah satu KUNCI SUKSES

Betapapun rapinya sebuah perencanaan dan kuatnya do’a, tapi hasil tetap berada di tangan Allah. Begitupun gigihnya sebuah usaha, tapi ketentuan tetap berada di tangan sang Pencipta.

Sebagaimana kisah Nabi Musa as dan kaumnya yang telah mengatur rencana dan strategi untuk meninggalkan Fir’aun yang lalim. Tetapi Fir’aum berupaya melakukan pengejaran hingga dapat menemukan mereka dipinggir laut. Maka kaum Musa cemas dan ketakutan, sebab dibelakang ada tentara Fir’aun yang siap menghabisi mereka dan didepan ada lautan yang akan menelan mereka semua. Saat itu Musa berusaha untuk menenangkan mereka dengan ungkapan, “Sekali-kali tidak akan tersusul, sesungguhnya Rabb-ku bersamaku. Dia akan memberikan petunjuk kepadaku.” (QS. Asy-Syu’ara: 62). Lalu Allah menunjukkan kekuasaan-Nya kepada kamu Musa hingga mereka selamat, sementara Fir’aun dan bala tentaranya tenggelam di lautan.

Begitupula kisah nabi Muhammad Saw yang telah merencanakan perjalanan hijrah ke Madinah bersama sahabatnya Abu Bakar dengan sangat rapid an cermat. Akan tetapi, strategi yang direncanakan masih dapat dibaca oleh kaum Qurais, hingga mereka behasil sampai dimulut gua Tsur. Tetapi, Rasulullah Saw tetap tenang, tidak gelisah dan tidak pula putus asa.

Ketika Abu Bakar ra merasa cemas dan berkata, “Andai mereka menundukkan kepala dan melihat kearah telapak kakinya, tentu akan melihat kita” lalu Rasulullah Saw menenangkan dengan ungkapan, “Apa pendapatmu terhadap dua orang, dimana Allah akan menjadi pihak ketiga. Jangan bersedih karena Allah bersama kita.”

Akhirnya Allah menunjukkan kekuasaan-Nya kepada dua insane yang dicintai-Nya itu. Kekuasaan Allah tidak dapat ditandingi oleh siapapun. Allah Swt mengirimkan salah satu tentaranya untuk menggagalkan upaya penangkapan terhadap Rasul-Nya. Maka selamatlah Nabi Muhammad Saw dan sahabatnya. Ya, kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi esok hari. Tetapi, Allah menyuruh kita agar membuat perencanaan, bekerja sekuat tenaga dan berdo’a, sementara apa yang akan terjadi, serahkan semuanya kepada Allah yang Maha Menentukan. Dengan begitu hati kita akan tenang dan tenteram. Tidak gelisah menunggu hasil dan tidak was-was menunggu apa yang akan terjadi. Jika Anda dapat melakukan seperti yang sudah Anda rencanakan, dan mendapatkan seperti yang Anda inginkan, maka bersyukurlah! Bila tidak, minimal Anda mendapatkan pahala niat dan pahala kerja, dan berusahalah agar Allah berkenan memberikan yang terbaik.

Allah Swt berfirman, “Katakanlah, ‘Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami.’ Dan Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakkal.” (S. At-Taubah: 51)

Ini semua terkait dengan masa depan dala kehidupan di dunia. Sedang masa depan di akhirat, maka kesedihan dan kerisauan dapat mendatangkan rahmat. Karena kerisauan itu akan memacu kita untuk semakin meningkatkan amal kebaikan, semakin takut kepada Allah, selalu memohon ampunan-Nya dan selalu waspada agar tidak salah dalam melangkah dan bersikap. Dan inilah kebiasaan orang-orang shahih yang dekat dengan Allah. “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang kuat, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka. Mereka itu bersegerah untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS. Al-Mukminun: 61)
  

Rasulullah bersabda, “Andaikan kalian mengetahui apa yang aku ketahui, tentu kalian sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR. Ahmad dari ‘Aisyah rha)


Tentunya, kesedihan dan kekhawatiran yang dianjurkan adalah yang dapat mengantarkan seseorang untuk melipatgandakan amal kebaikan mereka, meningkatkan kewaspadaan, mengikis kesombongan, dan memacu peningkatan kualitas serta kuantitas ibadah. Hasan Al Basri berkata, “Orang beriman itu memadukan anatar amal shalih dan rasa takut (akan siksa), sedangkan orang munafik memadukan antara amal jahat dan rasa aman dari siksa Allah”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar