Jumat, 16 Januari 2015

Rubah MASA LALU dengan Menatap MASA DEPAN dengan SEMANGAT PERUBAHAN


“Masa lalu adalah bayangan, masa sekarang adalah kenyataan dan masa depan adalah harapan”, begitulah kata-kata bijak yang sering terlontar dari motivator. Bagi kita adalah yang terpenting dapat menangkap maknanya dengan erat dan menghayatinya dalam setiap langkah yang diambil.
Bagaimana pun pahit atau manisnya masa lalu, dia tak akan pernah kembali. Ia bersatu bersama waktu, dilatari keadaan waktu itu, baik kondisi diri kita dan lingkungan kita. Jangan pernah merasa sama dan mau sama, kita yang sekarang dengan kita yang dulu!
Kita seharusnya meyakinkan diri kita, bahwa kita lebih baik daripada kemarin dan masa lalu itu. Kenapa? Bukankah dalam sebuah hadist dinyatakan, “merugilah orang yang hari ini sama dengan hari kemarin”. Maka dari itu, kenapa kita harus merasa sama dan terlalu melihat masa lalu?
Walaupun keadaan kita seperti sama, mulailah dari merubah maind set bahwa kita berbeda, dan lebih baik dari hari kemarin dan masa lalu. Masa lalu hanya bayangan, ia hanya untuk bahan introspeksi agar tidak mengulang kesalahan yang sama.
Minyak bumi, gas alam dan batu bara adalah sisa jasad masa lalu. Ia menjadi sangat berguna karena dapat menjadi bahan bakar yang menghasilkan energi (kekuatan). Ini petunjuk luar bisa dari Sang Maha Pencipta, maka seperti itulah seharusnya masa lalu kita jadikan.
Selanjutnya, mari kita nikmati masa sekarang. Coba berpikir sejenak, apa yang takut hilang dari diri kita, tetapi sebetulnya kita masih memilikinya? Mungkin orang tua, sanak saudara, teman-teman baik, kesehatan, pekerjaan yang menantang dan menyenangkan, penghasilan, serta keyakinan kita pada Yang Maha Segala-galanya. Jangan sampai, saat ini kita tidak merasa bahwa itu suatu kenikmatan, karena merasa biasa akibat masih ada, karena sibuk melihat masa lalu, atau karena terlalu melambung mencipta-cipta masa depan, atau terlalu sibuk menatap yang serba lebih dari kita.
Menikmati masa sekarang adalah wujud syukur, karena bersyukur yang paling utama adalah bukan pada masa lalu atau masa depan, tetapi saat ini juga! Jadi, tak perlu lagi masa lalu yang pahit menyakiti hati kita saat ini, lalu kita menunda dengan berbagai alasan untuk bahagia saat ini, untuk bersyukur saat ini, untuk memulai menjalin hubungan saat ini, untuk berzakat dan banyak bersedekah saat ini, untuk banyak beribadah saat ini, dan lain-lain.
Kita tidak pernah tahu, apakah kita besok masih hidup sehingga kita bisa meraih apa yang kita cita-citakan. Apakah orang tua kita masih ada, sehingga mereka dapat menjadi saksi dalam pernikahan kita? Apakah pekerjaan kita masih ada, karena tempat kerja kita manajemennya berjalan baik? Dan lain-lain. Yang jelas kita : t i d a k  p e r n a h  t a h u !
Masa depan adalah kuasa Allah SWT, ghaib. Kita hanya diwajibkan untuk berpikiran positif. Bukankah Allah SWT menyatakan dalam firman-Nya, “Aku seperti persangkaan hamba-Nya. Maka dari itu, masa depan, orang-orang, pekerjaan, lingkungan mau lama atau baru seharusnya ditatap dengan persangkaan yang baik, bukan yang buruk! Dan ini seharusnya berlaku untuk segala hal, tak terkecuali, walaupun kita pernah trauma dengan hal itu, karena Allah SWT sendiri mewanti-wanti kita agar selalu berpegang pada-Nya, “dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.”
Jadi, setelah menyadari, jangan hentikan langkah sampai di batas sadar. Karena tak akan banyak berguna. Putuskanlah untuk mengambil langkah demi langkah dengan cepat tetapi cermat saat ini juga dengan selalu bergantung pada Yang Maha Tahu Segala-galanya. Kita tidak akan pernah sangat menyesal, jika kita sudah berupaya seoptimal mungkin. Penyesalan biasanya timbul dari usaha yang kurang sungguh-sungguh untuk keluar dari belenggu dan timbul karena hanya berupaya secara biasa-biasa saja. Semoga Allah SWT meridhai segala tindakan yang kita ambil. Wallahu’alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar