Selasa, 13 Januari 2015

Hidangan CINTA


Cinta adalah sebuah kalimat yang memiliki daya tarik amat kuat, karena cinta adalah sesuatu hal yang mulia dan suci. Dan cinta akan selalu ada selama kehidupan ini berlangsung.

Dalam bahasa arab, cinta berasal dari kata “hubbub”, terdiri dari dua huruf, ha’dan ba’, yang mengandung makna, “Sebuah jalan untuk menggapai kebahagiaan”. Itulah cinta, cinta adalah bahasa yang menarik, sebuah pengungkapan kata yang mengikat, dan sesuatu yang membius setiap orang yang terkenanya.

Jika ruh sudah mencapai derajat yang tinggi lagi mulia, maka hati, pikiran, dan bibir akan menggerakkan bahasa cinta, hati akan memancarkan kegembiraan. Cita-cita akan terkukuhkan dan cinta ini akan mampu menerangi jalan menuju kesuksesan dan prestasi dengan semangat perjuangan. Karena cinta akan mengobarkan semangat dan kesungguhan pada setiap orang yang maniti kesuksesan hidup yang sesungguhnya.

Oleh karena itu, dengan cinta hati akan berjalan dengan sungguh-sungguh dan semangat yang menggelora untuk meraih prestasi yang luar biasa. Cinta akan memangkas pohon kedengkian dari akarnya, mencabut akar dendam dari pangkalnya, dan indahnya cinta akan menaburkan bunga persahabatan, kebahagiaan, ketenangan dan ridha dalam taman hatinya.

Cinta tersusun dari kata yang indah. Asalnya dari bisikan hati nurani yang tulus dan ruhnya bersumber dari jiwa yang bersih dan suci.Itulah hakikat cinta. Sang pecinta merebahkan kedua lututnya untuk mendapatkan siraman kasih sayang dari yang ia cintainya. Untuk mendapatkannya, ia mengikhlaskan punggungnya dicambuk laksana seorang Bilal demi mempertahankan aqidahnya, dan merelakan tubuhnya berlumuran darah saat berada di medan perang demi syahid yang diimpikannya. Demi meneguk cintanya, kedua matanya terjaga disepanjang malam dimana kebanyakan orang tertidur dengan pulas, air matanya tertumpah atas dosa-dosa yang ia lakukan selama hidup, badannya bergetar membayangkan dahsyatnya siksa api neraka, sehingga ketundukan dan kecintaannya pada Rabb-nya bertambah melekat dalam jiwanya.

Meskipun seseorang terbaring sakit, namun jika cinta telah datang, maka ia akan pulih sehat kembali seperti telah terjadi sebuah keajaiban. Apa yang sebenarnya terjadi? Cinta akan menjadi pemenang jika dirinya dalam kesusahan. Cinta akan mengobarkan semangat yang membara pada seseorang yang lemah.

Dengan cinta, orang yang bersedih akan gembira, yang berada dalam penjara akan tertawa riang seolah tak punya masalah dan orang yang mengalami kegagalan terus bersemangat untuk bangkit dan menang. Dengan cinta juga para artis mendendangkan lagu-lagunya dan orang-orang pun menikmatinya dengan gembira.

Sungguh, lautan cinta itu sangat dalam penuh makna, ombaknya menenggelamkan. Namun, wajah cinta sejati seperti Nabi Muhammad Saw, Abu Bakar as-Siddik, Umar bin Khattab, Usman bin affan , Ali bin Abu Thalib dan sahabat yang lainnya, “Meskipun darahku tertumpah karena mencintai-Mu, aku kan ikhlaskan karena lezatnya perang, itulah kerinduanku.”

Demi yang dicintai,  ia menyerahkan dirinya sebagai tebusan, hartanya sebagai jaminan, dan anggota tubuhnya sabagai tameng pengobanan. Itulah betapa mulianya cinta, dan cinta itu pasti akan menyerang hati-hati setiap orang beriman. Cinta yang suci tak akan membiarkan hati menjadi kering tanpa isi. Dia akan membawa makna dan arti hidup menjadi sempurna dan bermakna, dia juga yang menyebabkan yang susah menjadi mudah, yang tak mungkin menjadi mungkin. Karena, dengan kekuatan energy cinta dapat membuat semuanya berubah dan menjadikan lebih baik.
Cinta yang sejati tidak ada kecuali kepada zat yang Maha Agung, Maha Indah, Maha Sempurna yaitu Allah Swt. Sebagaimana firman-Nya, “Katakanlah, ‘Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mengasihidan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali-imran: 31)

Adapun yang lain, “Allah mencintai mereka, dan mereka pun mencintai Allah.” (QS. Al-Ma’idah: 54) dan, “Adapun orang-orang yang beriman, amat sangat cintanya kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 165)

Dari beberapa ayat diatas, Allah menegaskan bahwa “Allah mencintai mereka”. Hal ini mengandung makna bahwa Allah tidak membutuhkan mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan Allah. Sehingga “Mereka pun mencintai Allah.” Hal ini sebagaimana cintanya Rasulullah, para sahabat, tabi’in dan ulama-ulama terdahulu. Mereka berada diantara keta’atan, ketakwaan, kepasrahan diri secara total dan ridha atas ketentuan-Nya.

Jikalau cinta begitu membara
Sepanjang malam melekat dalam hati dan pikirannya
Apa yang akan dibuat oleh sang pengembara cinta
Jika hatinya menelusuri kerinduan ke alam tinggi di langit sana

Maka dari itu, raihlah kemuliaan itu dengan mengukirnya di dalam hati dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan dalam berusaha. Ukirlah prestasi Anda dengan kekuatan cinta dengan selalu menghadirkan Allah di dalamnya. Maka yakinlah kebahagiaan dan prestasi itu akan segera Anda dapatkan dan raih penuh dengan kesyukuran.
Cinta dan Kebahagiaan

Sudah berapa banyak kebahagiaan yang telah kita raih? Dan sudah berapa banyak pula kita berinteraksi dengan kebahagiaan itu sendiri? Dengan kebahagiaan, hidup kita dalam ketenangan jiwa dan ketentraman batin.
Kehidupan orang-orang yang berbahagia adalah sebuah kehidupan yang diselimuti dengan kasih sayang, cinta yang diiringi dengan mengukir prestasi hidup yang gemilang. Jika kita bertemu dan berinteraksi dengan mereka, maka kita akan merasakan bagian dari kebahagiaannya. Karena hati mereka melimpahkan ketenangan dan kejernihan hati.

Bagaimana mungkin kebahagiaan akan tercipta tanpa cinta? Karena cinta adalah asas utama dari kebahagiaan. Bagaimana mungkin kita mampu mengukir prestasi dan kemuliaan bila tanpa diiringi dengan cinta, karena cinta adalah mahkotanya kemuliaan. Maka sebuah kesengsaraanlah yang akan didapatkan jika hidup kita tidak dibarengi dengan cinta. Tanah yang tandus disebabkan karena bumi tidak dialiri cinta yaitu air kehidupan. Cita-cita hanyalah fatamorgana dan hayalan, bila tidak disirami dengan cinta. Alam kebahagiaan akan terasa hambar dan hampa bila tak ada cinta. Amal perbuatan, bila tanpa cinta adalah kegagalan. Wajah tanpa cinta adalah memalukan. Dan hati tanpa cinta tentu sangatlah mengkhawatirkan.

Begitupun, tak ada kesuksesan dan prestasi bila tanpa ada sebuah keta’atan dan kesungguhan. Sedangkan nilai-nilai keta’atan dan kesungguhan tak bisa berdiri dengan kokoh bila tidak didukung dengan kekuatan cinta. Ketha’atan akan menghasilkan kesuksesan dan akan menaburkan kebahagiaan serta menenangkan hati. Dengan kata lain, saya ingin menyampaikan bahwa, “sebuah prestasi tanpa menghadirkan kebahagiaan, maka prestasi itu tak akan bernilai apa-apa. Inilah pentingnya menghadirkan nilai-nilai cinta dalam sebuah proses meraih prestasi, karena dengan cinta akan membuat kita bahagia. Sekalipun apa yang kita harapkan tidak terwujud. Allah lebih tahu apa yang terbaik dan yang dibutuhkan oleh hamba-Nya.”

Dengan ketha’atan dan kesungguhan, kita akan mampu menyalakan cahaya dalam kegelapan, menaburkan bintang kemuliaan di langit kehidupan, menumbuhkan pohon cinta dalam bumi hati yang tandus, membangun dunia denga gedung-gedung kemuliaan. Ketha’atan juga mampu memancarkan cahaya dalam kuburan yang gelap gulita, menguatkan prinsip-prisip hidup, meluruskan langkah untuk tetap berada pada jalan kebenaran, memasuki alam kebahagiaan dan menjadikan dunia bertaburan kemuliaan hidup dalam memperoleh prestasi yang gemilang sampai di akhirat, yaitu di surga-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar