Betapapun rapinya sebuah perencanaan dan kuatnya do’a, tapi
hasil tetap berada di tangan Allah. Begitupun gigihnya sebuah usaha, tapi
ketentuan tetap berada di tangan sang Pencipta.
Sebagaimana kisah Nabi Musa as dan kaumnya yang telah
mengatur rencana dan strategi untuk meninggalkan Fir’aun yang lalim. Tetapi
Fir’aum berupaya melakukan pengejaran hingga dapat menemukan mereka dipinggir
laut. Maka kaum Musa cemas dan ketakutan, sebab dibelakang ada tentara Fir’aun
yang siap menghabisi mereka dan didepan ada lautan yang akan menelan mereka
semua. Saat itu Musa berusaha untuk menenangkan mereka dengan ungkapan, “Sekali-kali
tidak akan tersusul, sesungguhnya Rabb-ku bersamaku. Dia akan memberikan
petunjuk kepadaku.” (QS. Asy-Syu’ara: 62). Lalu Allah menunjukkan
kekuasaan-Nya kepada kamu Musa hingga mereka selamat, sementara Fir’aun dan
bala tentaranya tenggelam di lautan.
Begitupula kisah nabi Muhammad Saw yang telah merencanakan
perjalanan hijrah ke Madinah bersama sahabatnya Abu Bakar dengan sangat rapid
an cermat. Akan tetapi, strategi yang direncanakan masih dapat dibaca oleh kaum
Qurais, hingga mereka behasil sampai dimulut gua Tsur. Tetapi, Rasulullah Saw
tetap tenang, tidak gelisah dan tidak pula putus asa.
Ketika Abu Bakar ra merasa cemas dan berkata, “Andai
mereka menundukkan kepala dan melihat kearah telapak kakinya, tentu akan
melihat kita” lalu Rasulullah Saw menenangkan dengan ungkapan, “Apa
pendapatmu terhadap dua orang, dimana Allah akan menjadi pihak ketiga. Jangan
bersedih karena Allah bersama kita.”
Akhirnya Allah menunjukkan kekuasaan-Nya kepada dua insane
yang dicintai-Nya itu. Kekuasaan Allah tidak dapat ditandingi oleh siapapun.
Allah Swt mengirimkan salah satu tentaranya untuk menggagalkan upaya
penangkapan terhadap Rasul-Nya. Maka selamatlah Nabi Muhammad Saw dan
sahabatnya. Ya, kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi esok hari. Tetapi,
Allah menyuruh kita agar membuat perencanaan, bekerja sekuat tenaga dan
berdo’a, sementara apa yang akan terjadi, serahkan semuanya kepada Allah yang
Maha Menentukan. Dengan begitu hati kita akan tenang dan tenteram. Tidak
gelisah menunggu hasil dan tidak was-was menunggu apa yang akan terjadi. Jika
Anda dapat melakukan seperti yang sudah Anda rencanakan, dan mendapatkan
seperti yang Anda inginkan, maka bersyukurlah! Bila tidak, minimal Anda
mendapatkan pahala niat dan pahala kerja, dan berusahalah agar Allah berkenan
memberikan yang terbaik.
Allah Swt berfirman, “Katakanlah, ‘Sekali-kali tidak akan menimpa
kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami.’ Dan Dialah
pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus
bertawakkal.” (S. At-Taubah: 51)
Ini semua terkait dengan masa depan dala kehidupan di dunia.
Sedang masa depan di akhirat, maka kesedihan dan kerisauan dapat mendatangkan
rahmat. Karena kerisauan itu akan memacu kita untuk semakin meningkatkan amal
kebaikan, semakin takut kepada Allah, selalu memohon ampunan-Nya dan selalu
waspada agar tidak salah dalam melangkah dan bersikap. Dan inilah kebiasaan
orang-orang shahih yang dekat dengan Allah. “Dan orang-orang yang memberikan
apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang kuat, (karena mereka tahu
bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka. Mereka itu
bersegerah untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang
segera memperolehnya.” (QS. Al-Mukminun: 61)
Rasulullah bersabda, “Andaikan kalian mengetahui apa yang aku
ketahui, tentu kalian sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR. Ahmad
dari ‘Aisyah rha)
Tentunya, kesedihan dan kekhawatiran yang dianjurkan adalah
yang dapat mengantarkan seseorang untuk melipatgandakan amal kebaikan mereka,
meningkatkan kewaspadaan, mengikis kesombongan, dan memacu peningkatan kualitas
serta kuantitas ibadah. Hasan Al Basri
berkata, “Orang beriman itu memadukan anatar amal shalih dan rasa takut (akan
siksa), sedangkan orang munafik memadukan antara amal jahat dan rasa aman dari
siksa Allah”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar