Semulia apapun tujuan hidup seseorang, tidak akan berarti banyak jika
tidak terwujudkan dalam sebuah perencanaan atau strategi untuk mencapainya.
Lazimnya, seorang arsitek yang bertujuan akan membangun sebuah rumah yang
indah, tentunya ia akan mengkaji terlebih dahulu keadaan struktur tanah,
konsisi sekelilingnya, cuaca dan berbagai hal yang terkait dengan rumah yang
akan dibangunnya itu. Setelah itu, ia akan membayangkan rumah yang indah yang
akan dibangunnya, kemudian membuat master plan, lalu mempertegasnya dengan maket.
Akhirnya langkah-langkah pun disusun, anggaran ditetapkan, dan dibuatlah
schedule untuk merealisasikan pembangunan rumah itu.
Setiap muslim harus membuat harus membuat perencanaan untuk hari esok.
Sebab, orang yang gagal merencanakan berarti merencanakan kegagalan. Tanpa
perencanaan tidak ada keteraturan, komitmen, semangat, tolak ukur keberhasilan,
dan tak ada standar untuk mengevaluausi. Islam memerintahkan untuk kita sering
mengevaluasi (muhasabah). Jika kita tidak mempunyai perencanaan hidup, lalu dengan
apa kita akan mengevaluasi diri?
Taubat dan istiqfar dapat lebih bermakna, jika kita menyadari bahwa kita telah keluar dari jalan yang
semestinya kita lalui atau kita bertindak tak sesuai dengan tujuan hidup kita.
Maka jalan yang mesti kita lalui akan lebih jelas jika kita tulis dalam bentuk
rencana harian, pekanan, bulanan atau tahunan atau yang lainnya.
Inilah rahasia janji Allah bagi orang yang membiasakan diri untuk
beristiqfar, “Maka Aku katakana kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Rabb-mu,
sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan
kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan
untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) untukmu sungai-sungai.”
(QS. Nuh: 10-12)
Begitu juga yang diungkapkan Rasulullah Saw dalam sabdanya, “Siapa
yang membiasakan istiqfar, Allah memberikan kepadanya jalan keluar dari setiap
kesulitan, kelapangan dari setiap kegundahan, dan rezeki dengan cara yang tidak
terduga-duga.” (HR. Abu Daud dari ibnu Abbas ra)
Taubat dan istiqfar muncul dari sebuah hasil evaluasi, dan evaluasi dapat
dilakukan dengan baik jika ada perencanaan. Maka, perencanaan dengan izin Allah
dapat mengantarkan pada kesuksesan dan prestasi yang kita inginkan dengan
segala makna yang terkandung dalam ayat dan hadits diatas.
Maka dari itu, susun dan rencanakanlah hal-hal yang dapat mewujudkan
tujuan dan impian Anda menjadi sebuah kenyataan dengan semangat penuh cinta
pada Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang Anda cintai karena Allah. Semoga
dengan prestasi yang Anda raih dapat memberikan inspirasi dan kebahagiaan bagi
siapa saja yang ada disekitar Anda.
Selamat merencanakan sebuah kesuksesan dan prestasi yang gemilang, karena
ketika Anda gagal dalam merencanakan, sesungguhnya Anda merencanakan sebuah
kegagalan itu sendiri yang akan berujung sebuah penyesalan yang tiada akhir
sampai Anda bangkit untuk memperbaiki kembali perencanaan tersebut.
Saya YAKIN Anda bisa, dan kita semua BISA!!!
(Mengukir PRESTASI dengan Kekuatan CINTA)
Ingat! Tugas kita bukanlah untuk BERHASIL.
Tugas kita adalah
untuk MENCOBA semaksimal mungkin.
Karena didalam proses
mencoba itu kita akan menemukan
Dan belajar membangun
kesempatan dan peluang untuk Berhasil.
Jangan takut GAGAL
Sebelum Anda Mencoba.
Jangan takut JATUH
Sebelum melangkah.
Kesuksesan hanya milik orang-orang yang berani Mencoba.
Dan Ingat!!!
Apa-apa yang tidak mungkin
Sering kali karena belum pernah dicoba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar