Minggu, 18 Januari 2015

Pengantar Buku MELUKIS CINTA MERAIH BAHAGIA


Oleh: Aira Al-Khattab


Alhamdulillah… Segala puji hanya milik Allah SWT, Rabb semesta alam dan seluruh isinya. Maha Suci Allah yang mengaruniakan hati pada setiap anak manusia, hingga setiap hati itu mampu merasakan cinta dan membuat setiap makhluknya saling berkasih sayang. Dialah Allah yang menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal. Hingga saya bisa bertemu dengan seorang ikhwan yang berasal dari suku di seberang sana, yang sebelumnya sama sekali belum saya kenal dan kini kami berusaha saling mengenal dan saling mencintai atas dasar cinta karenaNya.
               
                Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada hamba Allah yang paling mulia, tauladan terbaik setiap anak manusia, Rasulullah Muhammad SAW. Yang telah memperjuangkan nilai-nilai kehambaan yang sesungguhnya hingga kita mampu merasakan indahnya iman dalam naungan islam. Semoga shalawat dan salam ini pun senantiasa tercurah kepada seluruh keluarga beliau, sahabatnya, orang-orang sholeh pilihan Allah dan tentunya kepada kita sebagai umatnya yang selalu berusaha menauladani beliau sampai akhir zaman, amin… amin ya Rabbal ‘alamin…
               
                Suami tercinta meminta saya untuk menuliskan kata pengantar di buku karya pertamanya ini. Sebenarnya belum terlalu banyak ide untuk menuliskannya, tapi mengalir saja. Semoga bisa menuliskan hal-hal yang terbaik dan membawa keberkahan untuk siapa pun yang membacanya, amin…

                Melukis Cinta Meraih Bahagia, merupakan sebuah rangkaian kata sederhana yang tentunya diharapkan oleh setiap mereka yang mencintai. Karena siapapun yang merasakan cinta, pasti berharap kisahnya berakhir bahagia baik di dunia maupun di akhirat. Tapi bagaimana kiranya agar cinta yang kita rasakan bisa sampai pada derajat bahagia dan penuh keberkahan?

                Sebuah kalimat sederhana yang saya dapatkan ketika bertafakur, bukankah tujuan kita menikah untuk mencari keridhaanNya. Tapi bagaimana mungkin pernikahan kita mendapat ridhaNya? Jika sebelum menikah saja kita sudah banyak menodai proses ta’aruf kita dengan segala sesuatu yang tidak diridhaiNya. Dari sana saya berkesimpulan, agar pernikahan itu penuh keberkahan maka tentulah proses yang kita lakukan pun harus senantiasa dilakukan dengan cara-cara yang diridhaiNya. Yakni sebuah proses ta’aruf yang senantiasa terjaga.

                Dulu saat masih gadis saya pernah takut untuk menikah, alasannya sangat na’if. Karena dulu saya takut memperoleh suami yang tidak mampu menjaga kehormatannya. Bahkan dulu saya membandingkan bahwa ikhwan yang benar-benar terjaga itu hanya ada satu diantara sejuta. Melihat fenomena banyaknya ikhwan yang kurang terjaga dengan banyak mengumbar janji, sehingga apakah mungkin orang yang satu itu bisa didapatkan? Tapi saya tafakuri kembali satu hal, sebelum kita meminta seorang yang terjaga, kita harus mampu menjaga kehormatan kita terlebih dahulu. Sebelum kita mengharapkan seorang yang sholeh, kita harus mensholehkan diri kita dulu. Karena bukankah janji Allah sudah pasti, seorang yang baik adalah untuk mereka yang baik,  dan seorang yang burukpun disediakan untuk mereka yang buruk.

                Hingga suatu hari, tepatnya pada akhir februari 2011 sebuah proposal ikhwan diberikan kepada saya. Seorang ikhwan yang benar-benar tidak saya kenal, bahkan tidak pernah terlintas sedikitpun dalam pikiran saya. Beliau adalah ikhwan Makasar yang tinggal di Palembang. Karena bermacam ujian yang harus dihadapi oleh masing-masing pihak membuat ta’aruf ini berjalan cukup lama, yakni sekitar 4 bulan mulai dari penerimaan proposal sampai pelaksanaan akad dan walimah.

                Tapi Alhamdulillah pada tanggal 16 Mei kami bisa berta’aruf secara langsung, ta’aruf yang kami lakukan cukup lucu saat itu. Karena ta’aruf berjalan beriringan dengan Training Sukses Sebelum Lulus Kuliah, jadi kami bisa saling menilai bagaimana kinerja kami dalam dunia training. Keesokan harinya beliau silaturahim pada orangtua, dan sungguh luar biasa setelah melakukan proses istikharah untuk lebih meyakinkan diri pada malam tanggal 18 mei beliau mengkhitbah saya secara langsung kepada orang tua.

                Singkat cerita pada tanggal 8 juli 2011 pukul 08.00 WIB bertempat di Mesjid Al Ikhlas Cibogo Tengah Bandung. Akad nikah terlaksana dengan khitmah dan penuh kesyukuran. Akhirnya saya menikah dengan orang yang benar-benar tidak saya kenal dan insyaallah dengan proses yang terjaga. Sebuah mimpi yang begitu saya inginkan selama ini, sebuah proses ta’aruf yang terjaga.

                Satu hal yang pasti yang saya rasakan saat ini, ketika kita selalu menjaga diri  dalam proses menuju pernikahan maka keberkahan akan selalu mengiringi kehidupan kita. Begitupun yang saya rasakan saat ini, ketika saya memandang dan mengetahui akhlaq suami saya. Maka hanya kesyukuran dan kekaguman yang saya rasakan.

                Ternyata berkah itu benar-benar terasa. Ketika kita berusaha menjaga diri untuk setiap proses kehidupan kita, salah satunya proses untuk menikah. Maka keberkahan dan kebahagiaan akan selalu menghiasi kehidupan pernikahan kita, inilah janji Allah. Saya tidak menikah dengan orang yang saya cintai, tapi saya mencintai orang yang menikahi saya. Betapa indah ketika kita menikah dengan orang yang baru kita kenal, saat melihatnya menjadi suami kita, hati hanya mampu berucap syukur dan berdecak kagum, “Subhanallah, ternyata seperti ini suami yang Allah karuniakan untuk saya…” Allah memang tak pernah mengecewakan hambaNya. Inilah indahnya cinta, saat kita melukis cinta biarlah kebahagiaan itu kita raih dengan terus menjaga keberkahan dalam sebuah pernikahan.

Beberapa hari setelah menikah kami bernostalgia ke Mesjid Al Manar Puter Bandung tempat suami mengkhitbah saya secara langsung, yang ketika itu kami ditemani Abi dan Umi Fakhri beserta anaknya “teteh Haura”. Setiap sudut dari mesjid itu beliau amati dengan seksama dan mengambil gambarnya, saya baru tahu betapa berartinya tempat ini untuk beliau. Padahal dulu saya menganggap tempat ini biasa saja, saya jadi malu sendiri. Itulah bedanya kami, beliau yang segala harus detail berdampingan dengan saya yang serba santai. Dari sana kami mulai mengingat proses ta’aruf kami dan suami menyampaikan maksudnya untuk menuliskan kisah kami dalam bentuk buku. Atas dasar kebahagiaan dan keberkahan yang kami rasakanlah ide untuk menulis buku ini keluar. Sebuah buku sederhana yang kami harapkan bisa menjadi  jalan kebaikan untuk kami dan tentunya kami juga berharap buku ini bisa bermanfaat untuk ummat. Buku ini berisi tentang pengalaman kami dalam proses ta’aruf. Dengan harapan pengalaman kami bisa bermanfaat untuk setiap yang membacanya. Amiin…

                Sedikit renungan yang ingin saya sampaikan pada sahabat semua terkhusus untuk diri saya sendiri dan para akhwat yang saat ini sudah menikah, masih dalam masa penantian ataupun sedang menjalani proses ta’aruf. Kita tak pernah tahu jodoh yang Allah berikan pada kita seperti apa, tapi tentunya saat berikhtiar kita berusaha mencari ikhwan yang baik. Tapi saat pernikahan nanti tentulah kita akan diuji, termasuk dari sisi pasangan. Satu hal yang pasti, seperti apapun pasangan kita nanti, dialah yang terbaik yang diberikan Allah untuk kita. Terimalah dia satu paket, baik itu kebaikannya ataupun keburukannya dengan penuh kesyukuran dan kesabaran.

Jadilah Khadijah yang bersyukur saat akhlaqnya seindah Muhammad, jangan sampai kita kufur nikmat dengan tetap ingkar layaknya istri Luth dan Nuh yang tetap durhaka meski didampingi seorang yang sholeh. Dan sediakanlah hati selapang Asiyah saat ia begitu dzalim layaknya fir’aun, jangan sampai seperti istri Abu Jahal yang ikut ingkar saat seorang dzalim memimpin kita. Karena sesungguhnya yang menentukan akhir kita bukan seperti apa pendamping kita, tapi sikap seperti apa yang kita berikan saat mendampinginya. Semoga Allah memberikan keberkahan untuk keluarga kita, amin ya Rabbal ‘alamin.

============================================
============================================
INFORMASI KERJASAMA TRAINING, BEDAH BUKU, SEMINAR DLL
Hubungi: 081278444491


Tidak ada komentar:

Posting Komentar